9 Fakta Terbaru Gempa Majene Sebabkan Korban Jiwa

9 Fakta Terbaru Gempa Majene Sebabkan Korban Jiwa – Gempa tektonik yang mengguncang wilayah Majene di Provinsi Sulawesi Barat menimbulkan korban jiwa dan keresahan di masyarakat setempat.

9 Fakta Terbaru Gempa Majene Sebabkan Korban Jiwa

Sumber : today.line.me

maxwellsnj – Berdasarkan laporan kompas.com hari ini, berikut adalah 9 fakta terbaru gempa bumi Majene.

1. Sebabkan korban jiwa

Sumber : kabar24.bisnis.com

Sinkronisasi dan verifikasi data korban tewas gempa Majene dan Mamuju terus dilakukan. Data pada Selasa, 27 Januari 2021, menunjukkan 105 orang tewas akibat gempa di Mamuju dan Majene. Ada 95 korban di Mamuju dan 10 di Majene.

Badan Pencarian dan Pertolongan Mamuju (Basarnas) ditunjuk sebagai koordinator yang bertanggung jawab untuk sinkronisasi dan verifikasi data korban tewas akibat gempa di wilayah Majene dan Mamuju.

Tim dari Basarnas, TNI, Polri, Sosial, Kementerian Kesehatan dan BNPB serta beberapa sumber pendukung lainnya melakukan proses verifikasi untuk mendapatkan data yang valid agar almarhum bisa langsung mendapat santunan dari ahli waris.

Verifikasi dilakukan di posko gabungan SAR, Senin (26/1). Saidar Rahmanjaya, Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Masarju (Basarnas), berharap bisa memverifikasi semua informasi tentang almarhum agar ganti rugi bisa cepat.

Sadr mengatakan: “Kami berharap 105 korban tewas bisa diverifikasi, sehingga mempercepat proses pemberian santunan kepada ahli warisnya.”

Dalam rapat evaluasi yang dihadiri seluruh pemangku kepentingan, keputusan korban gempa bumi untuk membayar santunan kepada ahli waris korban berdasarkan instruksi Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat.

Saidar mengatakan: “Almarhum akan mendapatkan santunan berdasarkan hasil rapat asesmen seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam penanganan dampak gempa Majene dan Mamuju. Ganti rugi sudah diproses oleh Kementerian Sosial.”

Baca juga : 7 Fakta Pengemis Cabul Bocah di Koja

2. Belasan ribu orang mengungsi

Sumber : kompas.com

Kepala Basarnas Marsdya TNI Res Bagus Puruhito mengatakan puluhan ribu warga mengungsi akibat gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang terjadi di Kabupaten Mamuju dan wilayah lain di Sulawesi Barat. Saat ini jumlah korban tewas mencapai 34 orang.

Pada Jumat (15/1), Bags mengatakan di terminal JICT 2 di Tanjung Pruek Utara, Jakarta, “Dari laporan yang saya terima, ada 34 orang meninggal dari ribuan pengungsi di Mamuju.”

Bagus mengatakan, bencana alam juga pernah terjadi di daerah lain. Ia menjelaskan secara detail, setelah rumah sekitar 2.600 warga di Kalimantan Selatan terendam banjir setinggi sekitar dua hingga tiga meter, mereka terpaksa mengungsi.

Bencana alam juga terjadi di wilayah Sumedang, sebanyak 24 orang meninggal dunia, 16 orang masih melakukan pencarian pasca longsor di daerah tersebut.

Ia berkata: “Faktanya, terkadang faktor cuaca dapat menjadi penghambat untuk operasi SAR. Ini adalah angka yang sangat dinamis yang dapat bergerak dan berubah.”

Ia juga menjelaskan bahwa dirinya dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akan berangkat ke Kabupaten Mamuju di Sulawesi Barat untuk melihat langsung korban gempa.

Sejak Rabu (13/1), tempat terjadinya banjir bukan hanya Mamuju, tapi mereka berdua berencana melancong ke Kalimantan Selatan. Bagus menuturkan, keberangkatan mereka dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan Presiden Yoko Widodo.

Bags mengatakan: “Presiden telah memerintahkan Ketua Partai Nasionalis Prancis dan Menteri Sosial ke Mamujou, dan besok, saya dan saya akan diperintahkan oleh Panglima TNI untuk diundang ke Kalimantan Selatan dan Mamujou.”

Keduanya akan membawa sejumlah peralatan untuk membantu evakuasi di dua wilayah bencana. Untuk Mamuju sendiri, tim SAR saat ini sudah mulai mengevakuasi korban rumah yang ambruk akibat gempa.

Dia mengatakan: “Operasi pencarian dan penyelamatan di daerah tersebut masih berlangsung, dan kami akan terus bekerja keras dan bekerja dengan semua pemangku kepentingan yang ada untuk mengoptimalkannya.”

3. Dua kali gempa kuat

Sumber : merdeka.com

Pada Kamis (14/1/2021), WITA 13.35, gempa 5,9M terjadi di wilayah Majene, Sulawesi Barat.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa episentrum gempa berada di 2,99 Lintang Selatan dan 118,89 Bujur Timur.

Bambamg Setiyo Prayitno MSi, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, mengatakan gempa terjadi di 4 kilometer barat laut Majene di Provinsi Sulawesi Barat, dengan kedalaman 10 kilometer.

Banbang mengatakan: “Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman episentrum, maka gempa yang terjadi merupakan gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar lokal.”

Di saat yang sama, Daryono yang merupakan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menduga kuat sumber pemicu gempa ini adalah Sesar Dataran Tinggi Mamuju (Mamuju Thrust).

“Jelas analisis mekanisme fokus menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme sesar dorong,” kata Daliono.

Meskipun hasil model BMKG tidak menunjukkan kemungkinan terjadinya tsunami, namun dampak gempa dirasakan di banyak wilayah dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda.

Untuk wilayah Polewali, magnitudo gempa dirasakan pada tingkat intensitas MMI IV-V. Hampir seluruh warga merasakan getaran dan banyak orang yang terbangun.

Selanjutnya di wilayah Mamuju dan Majene tingkat intensitas MMI IV mengalami getaran yang dirasakan banyak orang di dalam rumah pada siang hari.

Pada saat yang bersamaan, di wilayah Mamuju Utara dan Mamuju Tengah terjadi tingkat kekuatan MMI III-IV, Toraja dan Mamasa III MMI.

Getaran pada area skala intensitas II-III MMI akan merasakan getaran yang nyata di dalam rumah, dan getaran tersebut akan terasa seperti truk yang lewat.

Bersamaan dengan itu, di kawasan Pinrang, Poso, Pare-pare, dan Wajo terjadi MMI dengan tingkat intensitas II-III, beberapa orang merasakan getaran, dan benda ringan yang ditangguhkan juga mendapat getaran.

Daliono mengatakan, berdasarkan peta seismik yang dianalisis BMKG, ternyata gempa tersebut dapat menimbulkan kerusakan.

Sementara itu, berdasarkan hasil pantauan BMKG hingga Kamis (14/1/2021) pukul 14.00, terdapat 2 gempa susulan dengan magnitudo maksimal 4,9M.

Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk menghindari retakan atau kerusakan bangunan akibat gempa.

Sebelum Anda kembali ke rumah, pastikan untuk memeriksa dan memastikan bahwa bangunan yang Anda tinggali cukup tahan gempa, atau bahwa kerusakan akibat gempa tidak akan mengganggu stabilitas bangunan.

Ban Bang berkata: “Masyarakat disarankan untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh masalah yang tidak dapat dibenarkan.”

4. Dipicu sesar aktif

Sumber : merdeka.com

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, gempa yang terjadi di Majene, Provinsi Sulawesi Barat pada hari ini (15/1) dipicu oleh sesar naik pada dorong Mamuju atau Mamuju. Faktor pemicu gempa ini sama dengan gempa berkekuatan 6,9 skala Richter di Mazhen tahun 1969.

“Sebenarnya gempa yang terjadi saat ini terkait dengan gempa berulang yang terjadi di wilayah yang sama. Gempa tersebut memiliki mekanisme gerakan ke atas, mirip dengan gempa tahun 1969 di Mayen,” kata Dariono dalam jumpa pers virtual di BMKG, Jumat. / 1).

Daryono mengatakan, pada 23 Februari 1969, gempa yang sama mengguncang Kabupaten Mazhen di Sulawesi Barat. Gempa bumi mengguncang empat desa di Majene, dan dampaknya sangat besar. Kekuatannya 6,9 SR. Dariono mengatakan 64 orang tewas, 97 orang luka-luka, dan 1.287 rumah rusak.

Sumber gempanya sama. Saat itu 6,9 di pesisir barat Sulawesi. Kedalaman 13 meter memicu gempa besar. Tsunami 4 meter terjadi di Palestina, Parasanga dan Pa Lili. menyebabkan tsunami 1,5 meter. Semua dermaga dan pelabuhan juga rusak. ”

Ia melanjutkan: “Gempa bumi kembali terjadi di Mamuju pada 8 Januari 1984, namun tidak ada korban jiwa yang tercatat. Namun, banyak rumah yang rusak, itulah intensitas maksimum MMI VII.

Sebelum dua gempa itu, Daliono menuturkan, Sulawesi juga diguncang gempa berkekuatan 6,3 skala Richter. Pada tanggal 11 April 1967 gempa bumi mengguncang Kabupaten Polewali Mandar di Sulawesi Barat. Gempa tersebut menyebabkan tsunami, menewaskan 13 orang.

Daryono menjelaskan, penyebab gempa Majene adalah sesar Mamuju. Mekanisme sesar naik Mamuju juga mirip dengan gempa Lombok tahun 2018 yang sangat dahsyat dengan kekuatan 7,0 SR.

“Diduga sumber pemicu kuat gempa ini adalah gaya dorong. Fakta membuktikan bahwa analisis mekanisme fokus menunjukkan gempa memiliki mekanisme sesar dorong. Mekanisme sesar naik ini mirip dengan gempa Lombok tahun 2018. Sesar menyebabkan berkas sesar diarahkan. Tanah miring. ”

Ia mengatakan, berdasarkan analisis peta taksiran magnitudo, BMKG sangat memprediksikan gempa tersebut akan menimbulkan kerusakan. Sejak Kamis siang hingga pagi tadi, BMKG mencatat 28 gempa susulan.

Daryono mengatakan: “Kuning muncul di peta sloshing, artinya gelombang seismik telah mencapai tingkat intensitas MMI VI yang dapat menyebabkan kerusakan.”

Di antara 28 gempa susulan, gempa terbesar terjadi pada Kamis (14/1) dengan kekuatan 13.35 WIB yakni (M) 5.9, dan Jumat (15/1) dini hari tadi, dengan kekuatan 01.28 WIB. dengan besarnya Itu adalah 6, 2.

Ia pun berharap gempa berkekuatan 6,2 skala Richter ini menjadi gempa besar. Meski demikian, dia mengatakan BMKg tetap mewajibkan masyarakat dan BPBD setempat untuk memperhatikan gempa susulan.

5. Masih berpotensi terjadi gempa susulan

Sumber : m.medcom.id

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, Majene, Sulawesi Barat, kemungkinan akan mengalami gempa susulan besar. Kepala BMKG Dwikorita menjelaskan, sejak Kamis (14/1), sebanyak 28 gempa tektonik telah terjadi.

Dari 28 gempa bumi, dua di antaranya adalah yang terbesar. Gempa terbesar terjadi pada pukul 01:28 WIB pada Jumat (15/1).

Devi Corita dalam konferensi pers virtual yang digelar Jumat (15/1) mengatakan: “Berdasarkan data gempa bumi dan sejarah yang lalu, kami menganalisis kemungkinan gempa susulan yang kuat seperti pagi hari.”

BMKG mengimbau warga agar tidak tinggal di gedung dan rumah tinggi karena khawatir gempa susulan akan merusak mereka. Ia mengatakan, saat ini BMKG telah menurunkan tim di lapangan untuk memantau langsung gempa di lokasi tersebut.

Dwikorita berkata: “Tim di bidang ini bergerak ke arah ini dan akan memasang lebih banyak peralatan untuk memantau langsung di lokasi dan menenangkan masyarakat.”

Episentrum gempa Majene terletak di 2,98 Lintang Selatan dan 118,94 Bujur Timur, atau hanya 6 kilometer di timur laut Majene, Sulawesi Barat, di darat pada kedalaman 10 kilometer.

Dengan memperhatikan letak episentrum dan kedalaman episentrum maka gempa yang terjadi merupakan gempa dangkal yang diakibatkan oleh aktivitas sesar setempat.

Hasil analisis mekanisme fokus menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme sesar dorong. Di kawasan Majene Mamuene IV-V MMI, warga kaget (hampir semua warga merasakan guncangan dan banyak yang bangun).

Sementara di Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara dan Mamasa III MMI (Rumah memang merasakan getaran, terasa seperti getaran truk saat lewat).

6. Berpeluang memicu tsunami

Sumber : kompas.com

Biro Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan beberapa analisis penyebab gempa Majene di Provinsi Sulawesi Barat pada 15 Januari 2021.

Eko Budi Lelono, Direktur Biro Geologi Kementerian ESDM, mengatakan sesuai dengan lokasi dan kedalaman episentrum serta data mekanisme fokal USGS dan German GFZ, gempa dan sesar aktif terkait dengan aktivitas tersebut. di sekitar episentrum gempa berupa sesar naik.

Ia menjelaskan, zona sesar naik terkait dengan lipatan (zona dorong lipat) di banyak wilayah di Sulawesi Barat. Diperkirakan jalur rekahan ke atas ini kontinu di darat.

Ia menjelaskan dalam jumpa pers, Rabu (20/1/2021): “Gempa bumi akibat patahan di wilayah barat Provinsi Sulawesi Barat memicu tsunami pada tahun 1928, 1967, 1969, dan 1984.”

Dia menambahkan: “Dari perspektif penelitian geologi, ada banyak garis lipatan patahan.”

Pusat gempa berada di darat, dengan koordinat: 2.98 ° LU dan 118.94 ° di timur, dengan kedalaman 10 km. Sebelumnya, tim Basarnas mencatat gempa terjadi di Sulawesi Barat yang menewaskan 84 orang. Ada 73 kematian di Mamuju dan 11 kematian di Majene.

Hingga hari ke-4 operasi pembersihan, tidak ditemukan korban jiwa lagi di 12 lokasi yang digeledah menurut laporan masyarakat.

“Kami menemukan 84 orang tewas. Kami akan melaporkan Mamuju dan Majene hari ini (hingga hari ke-4 sore ini). Kami tidak mendapatkan hasil pencarian, namun karena hasil sinkronisasi, jumlah korban yang ditemukan bertambah. Sifat dari Dari sini, ”(perwakilan Basarnas Didik Hamzah dalam jumpa pers virtual, Senin (18/1/2021).

Dia mengatakan, semua korban yang meninggal ditentukan oleh evakuasi warga secara mandiri. Dia mengatakan, personel SAR juga mengevakuasi 18 orang dengan selamat.

Ia mengatakan: “Data 84 adalah data sementara yang akan kami komunikasikan pada pukul 13.30 sore. Oleh karena itu, banyak pekerjaan evakuasi yang dilakukan oleh warga secara mandiri, tetapi tidak ada laporan yang dibuat pada tanggal 16 dan 17.”

7. Hindari tanah rawan longsor

Sumber : sulsel.suara.com

Daryono menegaskan, masyarakat harus tetap tenang dan tetap perlu memperhatikan kawasan perbukitan dengan tebing terjal, karena gempa susulan dalam jumlah besar dapat menyebabkan longsor dan batu roboh.

Selain itu, menurutnya masih dalam musim penghujan karena kondisi tanah lereng yang terbukti basah dan tidak stabil sehingga dapat mendorong terjadinya proses longsor.

8. Hindari area pesisir

Sumber : newsmaker.tribunnews.com

Dwikorita menegaskan, masyarakat saat ini harus siap memprediksi gempa bumi dan potensi tsunami yang disebabkan oleh kegagalan lain yang mungkin terjadi.

Masyarakat dapat mempersiapkan tempat dan jalur evakuasi sementara sejak dini, jika terjadi bencana di Majene dan sekitarnya dapat menjadi alternatif bagi masyarakat. “Tempat penampungan sementara perlu disiapkan.

Oleh karena itu, langkah selanjutnya tidak hanya mewaspadai kemungkinan gempa susulan saja, tetapi juga mengkomunikasikan kemungkinan terjadinya gempa.Meski harus tetap tenang, namun tetap harus waspada.

Dia menambahkan: “Jangan menunggu peringatan tsunami, karena tsunami bisa saja terjadi dengan cepat dan singkat.”

Baca juga : Penyebab Banjir Semarang, Jakarta, Jawa Barat & Update Situasi Terbaru

9. Pengulangan gempa

Sumber : kumparan.com

Bambang Setiyo Prayitno MSi, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, mengatakan gempa yang terjadi di Majene merupakan gempa berulang.

Intinya, berdasarkan sejarah episentrum gempa Majene 14-15 Januari 2021, saat ini sangat dekat dengan episentrum tsunami yang menimbulkan korban jiwa dan gempa bumi.

Pada tanggal 23 Februari 1969, intensitasnya 6,9 juta, dan kedalamannya 13 kilometer, pada tanggal 11 April 1967 dan 8 Januari 29184.

Ia mengatakan: “Berdasarkan pengalaman sejarah ini, saya berharap masyarakat tetap waspada untuk memastikan lingkungan hidup yang aman dan menghindari daerah-daerah yang berpotensi longsor.”